Cerpen CAHAYA AL-KAHFI

Iin Indriyani

CAHAYA AL-KAHFI
....................................
Oleh; Iin Indrayani

Namaku Rifan. Januari 2019 ini usiaku menginjak 23 tahun. Masih muda, bukan? Apalagi wajahku yang fotogenik, usia 23 tahun terlihat terlalu tua, kata mereka yang mengenalku lewat jejaring facebook. Ah, mereka itu bisa saja. Mereka itu yang memanggilku dengan sebutan "Kakak Artis" tak tahu betapa banyaknya dosa dalam diriku. Mungkin karena aku murah senyum yang membuat aura positive memancar dari wajahku. Keturunan almarhum Ayahku, kata Ibuku, begitu. Dari kecil aku memang mudah bergaul dan beradaptasi dengan lingkungan yang baru aku tempati, termasuk Taiwan.

Mei 2016 silam, pertama kali kedua kakiku menapak negeri yang penuh dengan warna-warni ini. Negeri yang banyak dijadikan pilihan sebagai tempat ideal perantauan bagi TKI dari tanah air. Negeri yang menyimpan banyak sekali sisi positive dan negative dari kalangan buruh migran dari empat negara asal; Indonesia, Philiphina, Thailand dan Vietnam. Suatu keberuntungan karena aku adalah salah satunya. Tetapi sebuah malapetaka, karena di negeri inilah kehancuran jati diriku pun bermula. Ya, benar. Aku terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Diriku terhanyut dengan keglamour-an dunia malam Formosa. Jiwaku terlena oleh sajian kenikmatan duniawi yang menyilaukan mata, terutama mata hatiku.

“Habiskan, Fan!” Hadi, menyodorkan sebuah botol terkutuk ke arahku. Dalam sedetik, botol itu berada di genggaman tanganku. Isinya? Tentu saja langsung masuk ke lambung yang 23 tahun ini istiqomah mengunyah berbagai makanan dan minuman yang masuk ke tubuhku. Dan bodohnya, botol-botol terkutuk itu menjadi teman dekatku selama lebih dari dua tahun ini. Naas sekali!

Dua tahun setengah hasil kerja dan cucuran keringatku lenyap tak berbekas. Jangankan untuk menabung, mengirim uang untuk orangtuaku saja bisa dihitung dengan hitungan jari. Alasanku, tentu saja untuk keperluan ini dan itu. Padahal merah dan birunya NT selalu habis untuk berfoya-foya dari larut malam hingga pagi kembali datang di waktu libur. Tak kupungkiri, setan memang pandai mengelabui kesadaran para korbannya, tak terkecuali aku pada saat itu. Bodoh sekali!

Aku tidak pernah berpikir, negara ini akan menelan segala sifat baik yang tertanam sejak aku kecil. Aku adalah anak penurut yang sangat menyayangi kedua orangtuaku, apalagi aku anak satu-satunya dari mereka. Tetapi Formosa mengubah semuanya. Kenikmatan sesaat merenggut akal sehat dan kesehatanku. Aku tak secerdas dulu. Tubuhku semakin lama semakin kurus tak terawat. Niat awal kedatangan untuk merubah nasib entah terusir kemana. Aku pun tak mengerti, secuil keimananku tak ada yang menempel lagi di dinding hati. Kering, gersang. Dan berkat botol-botol terkutuk itu, aku sukses menjadi anak durhaka untuk kedua orangtuaku sendiri. Astaghfirullaahal’adziim...

“Fan, bangun! Sudah jam 4 pagi.” Lagi-lagi, sahabatku Hadi yang senantiasa hadir di saat aku mabuk dan tak sadarkan diri di depan emperan pertokoan di wilayah Taichung. Saat itu kami menghabiskan malam liburan dengan teman-teman wanita dan puluhan botol-botol terkutuk yang bergelimpangan. Tempatnya? Di lantai 6 pada sebuah perbelanjaan besar yang menyajikan dunia disco gemerlap malam. Aku tak pernah berpikir akan melangkahkan kedua kakiku ke tempat terkutuk itu. Di Indonesia, aku adalah anak penurut yang berbakti pada keluargaku. Di sini, aku adalah budak para setan luar negeri. Bodoh sekali!

Buggh,..
Sebuah botol melayang di kepala Hadi. Aku yang masih mabuk dengan kepala teramat pusing belum mengerti apa yang terjadi di depan mataku. Sahabatku, Hadi, langsung tak sadarkan diri dengan darah mengucur dari kepalanya. Sedang pelaku penganiayaan itu lari begitu saja. Walau setan masih menguasai akal sehatku, tetapi naluri persahabatanku belum terputus. Dengan sisa tenaga, kugerakkan tubuh sahabatku pelan-pelan. Namun ia tak merespon. Darah segar itu menyatu dengan telapak tanganku. Dalam ketegangan itu, airmataku tak terasa menetes. Menyaksikan sahabatku meregang nyawa tepat di depan mataku. Pedih sekali.

Sebelum matahari terbit, polisi datang dan membawa tubuh sahabatku. Sedangkan aku, aku dibawa pulang oleh teman-teman satu pabrikku beberapa menit sebelumnya. Jika tertangkap dalam keadaan mabuk, aku bisa dideportasi dari negara ini. Apalagi aku adalah saksi kunci dari musibah yang menimpa Hadi. Tertangkap pun, apa yang bisa kuberikan keterangan? Selain suasana tempat keparat dan botol-botol terkutuk yang membuat kami hilang kesadaran. Jangankan wajah si pelempar botol itu, ras-nya pun aku tak tahu. Dia orang Indonesia atau bukan.

Seharian itu aku tak dapat berpikir tenang, aku khawatir dengan keadaan Hadi. Hingga malam berikutnya, aku menjenguk Hadi di rumah sakit, namun yang kutatap bukanlah Hadi yang dulu ceria, melainkan jasad yang terbujur kaku tak bercahaya. Astaghfirullaahal’adziim.. innalillaahi wa inna ilaihi rodji’uun..

Satu minggu setelahnya, aku mengurung diri di dalam kamarku yang berada tepat di atas pabrikku. Tak ada lagi dunia malam yang kusinggahi sepeninggal Hadi. Hingga dua minggu berikutnya, tepatnya satu minggu sebelum tahun baru 2019 kemarin, aku masih mengurung diri dalam kamarku. Waktu di Formosa kuhabiskan hanya untuk bekerja dan istirahat. Pikiranku kosong, tak menentu. Aku merasa amat kehilangan sosok sahabat yang saat itu sudah dikebumikan di kampung halaman. Dan baru aku ketahui dari kerabatnya bahwa Hadi sempat memiliki penyakit serius di kepalanya, itu yang menyebabkan ia tak dapat bertahan dari pukulan botol terkutuk yang di lempar musuhnya itu. Ya, pelaku pembunuhan itu adalah musuh kami, dia memang memiliki dendam pribadi dengan Almarhum sahabatku Hadi karena masalah merebutkan satu perempuan. Gila!

Malam tahun baru 2019, aku diajak temanku untuk merayakan pergantian tahun. Aku masih beruntung karena akal sehatku menolak, tetapi napsuku justru menarikku untuk kembali ke dunia bebas Formosa. Seperti biasa, teman-temanku menyodorkan banyak sekali botol terkutuk yang hampir satu bulan tak lagi aku sentuh. Aku merasa benci dan muak karena pengaruh botol-botol keparat itu yang membuat aku tidak bisa menolong Hadi saat ia dianiaya malam itu. Aku menghindar, namun ajakan teman-teman tak dapat kuhindari. Aku duduk bersama mereka, satu botol keparat menatap tajam ke arahku. Tanganku, yang mengepal langsung terbuka untuk menjamahnya kembali. Seketika bayangan Hadi dengan lumuran darah berkelebat di ingatanku. Botol itu kulempar sejauh mungkin dan pecah bersama keramaian malam. Teman-temanku melihatku dengan aneh. Sementara aku langsung pulang ke mess-ku.

Keberuntungan yang lama tak datang akhirnya berpihak kepadaku. Selama dua tahun lebih, untuk pertama kalinya aku berhasil mengalahkan botol-botol keparat itu. Aku sendiri bingung, apa yang membuatku bisa setegas ini terhadap diriku sendiri. Tengah malam di tahun baru kubuka kembali sajadahku yang sepekan ini kembali jadi tumpuan rasa sedihku. Tausiyah Ulama di youtube kubiarkan menggema dari ponselku. Saat takbiratul ihram sebelum kutunaikan salat hajat, kudengar bahwa Fadhilah Surah AL-Kahf ialah memberi cahaya bagi pembacanya dari satu jum’at ke jum’at berikutnya. Cahaya penuntun agar mataku terbuka antara mana yang haq dan yang bathil. Dan benar, malam jum’at minggu lalu aku memang menyempatkan diri membaca Yasiin dan AL Kahf. Rutinan malam jum’at yang tak pernah kutinggalkan sebelum meninggalkan tanah air. Aku tersadar, kenapa tanganku bisa melempar botol terkutuk itu tak lain adalah bukti cinta Allah Swt kepadaku. Dia tak ingin aku kembali menjadi budak setan yang terkutuk. Dia ingin aku menjadi Rifan yang ahli sujud seperti dulu. Dia rindu dengan lantunan zikir dan murrotalku. Ya Allah.. Allaahu Akbaar. Airmataku meleleh, takbiratul ihram kujeda. Dan aku langsung bersujud memuji Rabi Semesta Alam, Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

To be continue..

( Bagi yang berminat untuk mengoleksi bukunya, bisa hubungi aku di
Facebook : Iin Indrayani, yang ada di Indonesia atau juga di Taiwan )
Untuk tanya - tanya harga buku dan koleksi buku novel lainnya, tinggal hubungi langsung ya .... !!!
Salah satu koleksi buku :
- Telaga Hati Shifana : Rp.55.000,-
- Relentless Love       : Rp.70.000,-



Mohon maaf bila ada salah kata atau ucapan dalam penulisan kami ......

Untuk melihat kegiatan kegiatan TBM LENTERA HATI  lihat saja  DI SINI ya ..........
Untuk melihat puisi - puisi lainnya silahkan klik DI SINI
Untuk membaca cerita atau cerpen silahkan klik DI SINI
Untuk download Software,Game,atau Video tingggal klik DI SINI
Bagi yang suka baca berita seputar Indramayu silahkan klik DI SINI
Untuk yang suka membaca Novel DI SINI


Terima Kasih sudah mengunjngi Blog kami TBM LENTERA HATI
Kami tunggu Kritik dan Sarannya  !!!
**
Untuk teman teman yang mempunyai cerpen, puisi, novel, dan lainnya juka ingin di publish di sini silahkan kirim file nya ke email : tbm.lenterahati@gmail.com

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form