DI
RUANG TUNGGU BERSAMA MIARSIH
...............................................................................
Page I
Pesawat
sudah lepas landas. Entah ini kali keberapa badanku dibawanya. Lion air
membawaku ke tujuan Singapore. Sebenarnya tidak mau terlalu ngoyo. Menyoal soal
keinginan bukan soal biaya, semuanya sudah dibereskan. Yang harus saya lakukan
hanyalah membawa diri saya ke singapur.
Jantungku rasanya naik turun. Semaput
ingin. Tapi serasa tidak dikehendaki. Pesawat ini kadang seperti berjalan di atas kerikil cadas hinga seakan
bergolak.
Yang duduk di samping kiriku agaknya
seorang pria paruh baya yang hendak berlibur bersama keluarga kecilnya. Sedang
sebelah kananku, seorang wanita yang tampak diam mejamkan mata, menyandarkan
kepala pada jendela pesawat.
Aku turun ke terminal satu
kedatangan. CHANGI AIRPORT. Rasanya baru kemarin tiba disini, sekarang sudah
kembali lagi. Setelah cap imigrasi dan berjalan lurus mencari koper merah yang kubawa.
Dari jauh tak nampak dia di pintu
kedatangan atau siapapun yang memegang plang namaku. Aku keluar setelah
kudapatkan koper. Kutempelkan pantat di kursi ruang tunggu. Ada orang lain yang
juga duduk di sampingku. WNI rupanya, mungkin TKW. Dia tersenyum ramah
melihatku meliriknya.
“INDONESIA?
Dari mana?”
“dari
solo.”
Aksen
jawa yang begitu kental, kemudian dia bertanya balik padaku.
“sampeyan?”
“INDRAMAYU.”
“ooh.
Iya, iya. Kilang minyak iku loh?”
Aku
hanya tersenyum. Mungkin dia menunggu jemputan orang dari agency. Hampir dua
jam dia belum juga datang. Jadilah aku duduk menunggu bersama mbak solo yang
mungkin mulai kelihatan rungsing.
“sudah
lama?”
“iyo.
Piye yo. Iki uwong nggoleti nang endi? Masa iya wayah mene ora
dijemput-jemput.”
“sendirian?”
“mau
sih karo konco. Tapi wes dialap uncle. Sampeyan nunggoni uncle?”
Aku
hanya tersenyum. Di situ banyak bisa kami perhatikan. Cuci mata melihat
pria-pria oriental, anak-anak lucu, dan WNA lain yang mungkin juga pendatang.
Seorang wanita kulit putih berperawakan kurus seperti lidi mengenakan celan
sangat pendek berjalan di depan kami.
Tak
lama si mbak solo nyeletuk.
“iku
nggon celana tapi tetep wae bokong ngalor ngidul.”
Sontak
aku tertawa kecil. Dia melirikku sambil menyunggingkan senyum. Tak lama seorang
pria tinggi besar menyeret koper besar dengan corak bulu Dalmatian.aku
meliriknya.
“ikuh
koper wedok digerd-gered.” Dia melirik wanita dengan rok mini
motif bunga. “ojo-ojo ikuh koper wau andeke wedok iku?” tanyanya entah pada
siapa. Aku kembali tertawa kecil. Aku membuka biscuit dari tas gendong yang
kubawa. Kutawari dia. Tapi dia malah menawariku biscuit. Jadilah kami saling
menawari. Pada akhirnya kami saling menikmati biscuit kami.
Lamanya kami duduk, saling menikamti
biscuit, sampai menertawai orang-orang yang jadi korban selorohan mbak solo
yang satu ini membuatku tak bosan. Saat kutengok jam digital yang tergantung tak
jauh dari atas kami, itu hampir
jam lima tiga puluh. Hampir empat jam-an
kami duduk. Sampai tak terasa mulai berakarlah pantatku.
Tak lama satu orang melintas di
depan kami melintas. Seorang ibu-ibu yang memakai jilbab membawa anak
laki-lakinya. Yang kisaran usia dua tahun. Yang menggendong tas dimana ada tali
panjang yang terhubung antara anak dan ibu tersebut. Anak itu lari kesana
kemari sampai-sampai menabrak orang-orang yang tengah melintas. Ibu tersebut
meminta maaf dan menarik anaknya agar tak
berada terlalu jauh. Kami melirik mereka.
“kalau
yang itu?”
Bersambung dulu ya, Next page II ........ !!
Karya :
Mohon maaf bila ada salah kata atau ucapan dalam penulisan kami ......
Untuk melihat puisi - puisi lainnya silahkan klik DI SINI
Untuk membaca cerita atau cerpen silahkan klik DI SINI
Untuk download Software,Game,atau Video tingggal klik DI SINI
Bagi yang suka baca berita seputar Indramayu silahkan klik DI SINI
Untuk yang suka membaca Novel DI SINI
Terima Kasih sudah mengunjngi Blog kami TBM LENTERA HATI
Kami tunggu Kritik dan Sarannya !!!
**
Untuk teman teman yang mempunyai cerpen, puisi, novel, dan lainnya juka ingin di publish di sini silahkan kirim file nya ke email : tbm.lenterahati@gmail.com