GUNUNG AMARAH

GUNUNG AMARAH
.....................................
Page II

Ku rebahkan kepala di pangkuan ibu. “Kali ini apa?”
“Aku hanya merasa aneh, bu. Mana mungkin orang-orang itu dalam sekejap berubah. Padahal baru kemarin mereka meledak-ledak.”
“Bagaiman denganmu?”
“Otakku mentok untuk berfikir, bu.” Ibu hanya tersenyum sambil mengelus kepalaku.
            Hari terlampau terik. Seakan mampu membakar kulit sampai ke lapisan epidermisnya. Sedang akau masih harus berjalan jauh untuk sampai di kelurahan. Terlihat olehku ilusi air yang seakan mengenang di beberapa titik jalan. “Ya ampuuun, panasnya.”
Benar, diskusi tentang pembangunan puskesmas yang tertunda itu pasti berakhir dengan mereka yang seenaknya  memaki-makiku. Aaah.. pintu sudah di depan mata. Kakiku enggan melangkah tanganku sukar meraih gagang pintu. Ingin pulang saja dan menikmati es campur di tengah jalan, tapi semprotan air liur yang pasti kudapat. Kuputuskan masuk sambil merekayasa senyum berlagak ramah.
            Namun, apa ynag terlihat. Belum ada seorangpun yang hadir di ruangan pengap yang seakan ruang pemanggang raksasa itu. Ku hembuskan nafas agak berat. Mungkin belum sampai, pikirku. Aku duduk menunggu menjadikan map yang berisi laporan tentang apa saja bahan yang perlu dibeli sebagai kipas. Keringat terus mengucur dari kepala melewati alis mata. Kemejaku pun kuyup. Aah, lama betul orang-orang yang janjinya akan datang ini. Yang mengancamku untuk sebaiknya datang lebih awal. Kerongkongankupun kering pula. Resahku dalam hati. Namun tak kunjung terlihat batang hidungnya. Sampai benar-benar kurasakan panas di sekujur tubuh.
            Ku dengar tawa mereka di luar setelah beberapa jam. Gagang pintu mulai bergerak dan terbuka. Hawa panas seakan ikut menyelinap masuk hingga mendidihkan cairan dalam ubun-ubun ku. “Eeh, sudah datang, nak? Sudah lama?. Maaf, ya? Tadi kami mampir ke warung beli minuman di jalan sambil ngobrol. Sampe lupa ada diskusi. “ jawab mereka enteng. Aku bangkit menggebarak meja dan meremas map, melemparnya ke arah orang-orang itu.
“Saya sudah menunggu berjam-jam di sini. Bahkan datang lebih awal. Sampai pantat saya berakar, kalian enak-enakkan?”
“Sabar nak, sabar. Toh kami hanya telat sedikit.”
“Telat sedikit apanya?! Pantat sampai berakar, mana bisa dibilang telat sedikit?!”
“Sabar nak, sabar. Ingat gunung amarah. Tampung semua di situ.”
“Aaah, persetan dengan gunung amarah. Kalian tidak menghargai waktu, saya, tapi kalian sendiri ingin di hargai. AAAaarrrgh.”
             Aku menjadi liar seperti sapi gila yang mengamuk bulan lalu. Ku tendang apapun yang ada di depanku sedang orang-orang itu panik menenangkan ku.

                                                                                                         Indramayu, 19 Februari 2012

Yuli Yanti
Julay - Relawan TBM Lentera Hati

Sampai di sini dulu yaKembali ke page I ........ !!

Karya :
Sapitri indah

Mohon maaf bila ada salah kata atau ucapan dalam penulisan kami ......

Untuk melihat kegiatan kegiatan TBM LENTERA HATI  lihat saja  DI SINI ya ..........
Untuk melihat puisi - puisi lainnya silahkan klik DI SINI
Untuk membaca cerita atau cerpen silahkan klik DI SINI
Untuk download Software,Game,atau Video tingggal klik DI SINI
Bagi yang suka baca berita seputar Indramayu silahkan klik DI SINI
Untuk yang suka membaca Novel DI SINI

Terima Kasih sudah mengunjngi Blog kami TBM LENTERA HATI
Kami tunggu Kritik dan Sarannya  !!!
**
Untuk teman teman yang mempunyai cerpen, puisi, novel, dan lainnya juka ingin di publish di sini silahkan kirim file nya ke email : tbm.lenterahati@gmail.com

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form