SEBENING HATI ILYAS bag.5

oleh Iin Indrayani

Bag.5

Beberapa hari setelahnya, aku dan Ilyas semakin dekat satu sama lain. Ilyas benar benar menjagaku seperti saudaranya sendiri. Bahkan ia tak sungkan untuk menasihatiku agar aku selalu mengunci pintu rapat rapat bila ia belum pulang. Ia khawatir, pria brengsek itu akan mencari kesempatan untuk kembali menyakitiku. Jujur, aku merasa nyaman bila dekat dengannya. Namun akupun merasakan kekhawatiran yang beberapa waktu ini menggandrungi jiwaku. Aku takut aku jatuh cinta pada Ilyas. Seorang pemuda saleh yang sedang menamatkan pendidikannya di universitas Islam yang tak jauh dari tempat kost kami. Tinggal satu semester lagi ia lulus dan akan pulang kembali ke daerah asalnya di Jawa. Itu yang aku dengar dari sebagian ceritanya beberapa hari ini. Lalu bagaimana nasibku nantinya? Sejak kejadian sore itu, Andrew tak lagi menampakkan batang hidungnya di depanku. Dan saat Ilyas tak ada di sini, dia pasti akan semena mena lagi terhadapku. Aku bisa saja mencari tempat kost lain untuk bersembunyi. Namun entah mengapa hatiku berat untuk jauh dari pemuda sebaik Ilyas.

Malam itu perutku terasa semakin mual. Bahkan tak ada makanan apapun yang bisa masuk kedalamnya. Tubuhku benar benar lemas dan kepalaku terasa sangat berat. Di saat yang sama, Nora datang menjengukku dengan membawa makanan ringan, softdrink dan buah buahan segar untukku.

“Chik, kau kenapa? Wajahmu semakin pucat saja. Apa kau sakit?” Tanya Nora dengan khawatir.

“Ada hal penting yang harus aku katakan padamu Nor,“

“Apa Chik? Katakan padaku, aku mencium sesuatu yang  sedang kau sembunyikan dariku“.

Aku memeluk sahabatku dengan berlinang airmata. “Aku hamil Nooor, aku hamil anak Andrew, pria jahanam itu”.

Nora terdiam, tak lama kemudian ia menangis sembari membalas pelukanku dengan erat.

“Chiiika.. betapa banyak cobaan yang kau lalui. Semua ini gara gara aku yang sudah mengajakmu untuk bekerja di kafe itu. Maafkan aku Chik, aku tidak menyangka semuanya akan separah ini. Aku sangat menyesal“.

“Tidak Nor, semua ini adalah konsekuensi yang harus aku tanggung. Kau adalah satu satunya sahabat yang aku miliki saat ini. Semua ini tidak ada kaitannya denganmu. Ini adalah karma dari Tuhan untuk keluargaku. Mamahku mengabaikan aku dan menikah dengan pria bejat itu. Dan Tuhan menyadarkan Mamah lewat aku. Aku sudah rusak Nor, tapi ada sedikit kelegaan bahwa sekarang Mamah sudah lepas dari Andrew. Walau aku sangat membenci beliau tapi aku merasa bersyukur mengetahui itu. Dan sekarang, giliran aku yang dikejar kejar oleh Andrew. Dia tahu Nor, kalau aku hamil anaknya. Aku takut Nor, aku takut akan masuk kembali kedalam sangkarnya seperti dulu aku menjadi budaknya cukup lama “.

       Terlihat sekali Nora begitu prihatin melihat keadaanku. Airmatanya yang baru saja aku usap kembali jatuh di wajah ovalnya yang putih bersih.

“Kau sungguh luar biasa Chik, aku bangga memiliki sahabat sepertimu. Kau perempuan yang sangat kuat bahkan kau tidak mengeluh terhadap kondisimu saat ini. Kau lain dari yang lain, bahkan jika saja aku yang berada di posisimu, mungkin aku sudah membunuh diriku sendiri untuk mengakhiri penderitaanku“.

       Kami kembali berpelukan dengan airmata yang semakin meleleh. Satu jam setelahnya Nora pamit untuk pulang. Aku mengantarnya sampai teras depan, hingga taksi membawanya pergi dari hadapanku. Aku melihat kamar Ilyas yang tertutup rapat. Lampu di dalam kamarnya masih gelap, tanda pemuda saleh itu belum pulang dari kampusnya. Aku kembali masuk ke kamarku, kurasakan tenggorokanku begitu kering dan aku mengambil segelas air minum dari dispenser. Tak lama kemudian suara pintu terketuk keras sekali. Aku terkejut hingga gelas yang kupegang terjatuh dan pecah berkeping keping.

       Aku memungut beling beling yang berserakan di lantai tanpa melihat siapa yang hendak bertamu diluar. Aku takut itu Andrew, aku tidak berani membukanya apalagi Ilyas sedang tak ada di kamarnya. Suara ketukan pintu semakin keras seiring dengan rasa takut yang merajamku. Aku memberanikan diri untuk mendekat dan berdiri di dekat jendela. Kusibak perlahan gorden kamarku, dadaku langsung terguncang melihat dua orang tengah berdiri di depan pintu dengan wajah yang begitu emosional. Andrew dan wanita bermake-up menor, Bu Rossi.

“Apa yang mereka inginkan dariku? Ya Allah, belum cukupkah cobaan yang Engkau hujamkan kepadaku?“

       Pertama kalinya aku merasa takut hingga aku mengucapkan kalimat suci yang lama tak keluar dari mulutku. Aku tergeletak pasrah di bawah jendela sembari merangkul kedua lututku sementara mereka terus menggedor pintu dengan kuat.

“Ya Allah.. lindungi aku. Hanya Engkau sebaik baik pelindung di hidupku. Hassbunallaah wa ni’mal waqiiiil, ni’mal maula wani’mannasyiir“

       Aku mendengar beberapa tetangga datang dan menegur mereka untuk pergi. Mereka berusaha melawan namun para tetangga mengancam akan melaporkan mereka ke polisi. Karena sudah mengganggu kenyamanan di lingkungan kami. Aku benar benar lega dan dapat bernafas dengan tenang lagi. Aku membuka pintu dan berterima kasih kepada mereka semua. Hal yang cukup mengejutkan salah satu dari mereka berkata bahwa Ilyas yang sudah meminta tolong agar mereka menjaga keselamatanku selama ia tidak ada. Oh Tuhan... aku semakin ketergantungan pada pemuda saleh itu. Siapa dia? Kenapa dia perduli sekali terhadapku? Apakah hanya karna aku ini tetangga barunya, atau..

“Tidak, aku tidak boleh berlebihan menilai dia“

       Aku hendak kembali ke kamar saat seorang anak kecil sekitar usia 10 tahun menangis pilu dari kejauhan. Aku melihat sekeliling tak ada satu orangpun yang mendekat kearahnya. Semua orang yang tadi mengusir duo evil itu kembali ke kamar mereka masing masing. Aku merasa iba, hingga kuputuskan untuk mendekati anak perempuan itu dan menanyakan perihal yang sedang ia hadapi.

“Kau kenapa Dik? Di mana Mamahmu? kenapa kau sendirian malam malam begini?” tanyaku sembari mengusap airmata di wajahnya.

Gadis kecil itu menatapku dengan wajah memelas. “Bantu aku cari Mamah Kak, Mamahku keluar kamar cukup lama dan belum kembali hingga saat ini. Aku takut Mamah celaka karna Mamah sedang sakit“.

“Apa kamu tahu Mamahmu pergi kemana?”

Gadis itu mengangguk. “Ke apotik untuk membeli obat katanya tenggorokannya sakit“

“Oh, yasudah. Ayo Kakak antar, kita cari Mamahmu bersama sama“.

       Dengan ragu aku menggandeng gadis kecil itu keluar masuk gang hingga sampai di jalan besar. kami menuju ke apotik yang sama di mana aku pernah membeli tespack di sana. Tak lama, saat kaki kami mendekati apotik itu gadis kecil itu langsung berteriak memanggil Mamahnya yang sedang membeli obat disana. Aku tersenyum lega karna beliau tidak apa apa. Banyaknya pembeli membuat beliau harus antri hingga membuat putrinya cemas. Beliau berterima kasih padaku dan membawa gadis kecil itu bersamanya. Akupun kembali pulang ke tempat kost sambil memegang kepalaku yang mulai pusing. Belum selangkah pun aku masuk kedalam gang, dua orang memakai penutup kepala mencegatku di tengah jalan. Aku terkejut bukan main, apalagi salah satu di antara mereka menodongkan pisau kearahku.

“Ikut kami. Atau nyawamu akan lenyap malam ini!“

Aku langsung menelan ludahku dengan tegang. “Apa yang kalian inginkan dariku? Siapa kalian?“

“Jangan membantah! Ikuti saja perintah kami dan masuk kedalam mobil“
Aku mengangkat kedua tanganku tanda tak akan melawan. Namun dari belakang mereka seseorang melayangkan dua buah pukulan yang sangat kuat ke leher keduanya hingga mereka ambruk bersamaan.

“Ilyas...?” gumamku terharu.

“Apa kau tidak apa apa Chik?“

“Aku baik baik saja“

“Ayo kita pergi dari sini, Chik. Sepertinya banyak sekali orang yang ingin menyakitimu“
Aku mengangguk dan berjalan dengan cepat di depannya. Baru dua menit, aku kembali dibuat terkejut dengan suara Ilyas berteriak kencang dari belakang. Kepalanya di pukul dengan kayu balok yang cukup besar hingga ia berteriak kesakitan.

“Ilyaaasssssss...!?“

       Aku menghampiri tubuhnya yang terjatuh ke aspal dengan tangan kanan yang memegang erat kepalanya. Cukup banyak darah segar yang keluar akibat pukulan itu. Aku merasa bingung harus bagaimana sedang malam sudah cukup larut hingga tak ada seorangpun yang lewat di sekitar jalan itu. Aku terus menatap mata Ilyas yang terus terbuka dan menutup menahan sakit di kepalanya. Aku mengangkat kepala pemuda saleh itu kedalam pangkuanku dan mengelus rambutnya dengan perasaan yang amat hancur.

“Ini akibatnya jika dia berani ikut campur urusan kita“ suara Andrew menggelegar di belakangku. Ternyata pria brengsek itu yang memukul kepala Ilyas dari belakang. Aku menoleh dengan penuh emosi kearahnya.

“Bedebbaahhhhh! Bajingan! Jahanaam! Manusia macam apa kau? Hatimu lebih busuk dari iblis sekalipun!“

       Teriakku dengan segala kebencian yang aku rasakan padanya. Namun pria brengsek itu malah menertawakan kami dengan penuh kepuasan.

“Chikaa.. Chika, pahlawanmu sudah tak berkutik lagi. Dia tidak akan bisa menolongmu sekarang. Akupun sudah sampai pada batas kesabaranku malam ini, jangan membuat aku tambah marah padamu. Ikutlah bersamaku, dan abaikan lelaki bodoh ini“

“Aku tidak akan meninggalkan Ilyas walau aku harus mati disini. Lebih baik aku mengorbankan satu detik nafasku untuk berada di sampingnya daripada aku harus menyerahkan seribu tahun hidupku untukmu. Jangan bermimpi Andrew, jangan pernah bermimpi kau bisa memperbudak aku seperti dulu!“

       Aku melihat bara api yang meluap luap di kedua matanya. Sampai akhirnya ia menarik kedua tanganku dengan paksa. Kepala Ilyas terjatuh ke aspal karna kuatnya jeratan tangan Andrew padaku. Aku melihat Ilyas masih mengedipkan matanya kearahku dengan tangan kanannya yang bergerak gerak seakan ingin menolongku.

“Ilyaaas...“ lirihku berlinang airmata, sementara Andrew masih menarik tanganku dengan paksa.

“Lepaskan aku bajingan! Aku tidak sudi menjadi budakmu“

       Langkah kami terhenti tepat di depan wanita bermake-up menor yang selama ini dekat denganku, Bu Rossi. Aku tidak tahu apa yang di inginkan wanita serakah itu dariku, karna aku merasa tidak memiliki sepeser hutangpun padanya selama ini.

“Apa kabar Chika? Secepat ini kau melupakan jasa jasaku padamu?” gumam wanita itu dengan senyum yang sangat sinis padaku, aku menggunakan kesempatan itu untuk melepaskan kedua tanganku dari cengkraman pria bajingan itu.

“Apa yang anda inginkan dariku Bu Rossi? Aku merasa tak punya hutang pada anda!“

Wanita itu malah bertepuk tangan didepanku. “Wow.. sombong sekali dirimu. Bahkan di saat kau berbadan dua pun, kau masih saja sombong seperti ini. Ingat Chika, sekali kau masuk kedalam jurang yang aku buat, maka kau tak akan bisa keluar dari dalamnya. Aku bisa saja menghabisimu sekarang juga jika aku mau, tapi seluruh pelanggan di kafeku masih sangat membutuhkanmu. Dan kau harus kembali kesana untukku“

‘Cuuiiihhhhh‘, aku menampar wajah wanita serakah itu dengan air ludahku. Ia sangat marah begitu juga dengan Andrew.

“Aku bukan Chika yang dulu bisa kalian perbudak semau kalian. Aku bukan Chika yang begitu bodoh hingga harus kehilangan kehormatannya di tangan pria bangsat seperti Andrew. Jangan kalian fikir aku akan bersujud di kaki kalian hanya karena aku sedang hamil sekarang. Aku lebih bahagia jika aku menjadi gelandangan daripada aku harus kembali ke dunia mengerikan seperti dulu“

“Chikaaaaa!!!“

‘Plaaaaaakkkkkk‘, Bu Rossi menampar wajahku dengan geram. Aku tersungkur di atas aspal dengan sedikit darah yang keluar dari sudut bibirku. Kedua mataku menatap tubuh Ilyas yang masih tak berdaya di depanku. Tak jauh, hanya berjarak 2 meter saja dariku. Aku masih dapat melihat kedua bola matanya yang berkaca kaca. Tak lama kemudian aku merasakan rasa sakit yang begitu hebat di perut bagian bawahku. Aku menjerit sekuat mungkin sambil mencengkeram  bagian rahimku. Aku baru sadar bahwa ada sebuah batu besar yang menghantam perutku saat aku tersungkur barusan.

       Darah dan lendir terasa keluar dari jalan lahir, dan aku semakin berteriak keras memecahkan rasa sakitku. Mengusir binatang binatang malam yang berterbangan di sekitar tempat itu. Wanita serakah dan pria bajingan itu kalang kabut melihat keadaanku. Hingga mereka kabur saat mengetahui ada beberapa orang berdatangan dan meninggalkan aku dengan Ilyas yang terkulai lemas di atas aspal.
***
To be continue..Page 6

( Bagi yang berminat untuk mengoleksi bukunya, bisa hubungi aku di
Facebook : Iin Indrayani, yang ada di Indonesia atau juga di Taiwan )
Untuk tanya - tanya harga buku dan koleksi buku novel lainnya, tinggal hubungi langsung ya .... !!!
Salah satu koleksi buku :
- Telaga Hati Shifana : Rp.55.000,-
- Relentless Love       : Rp.70.000,-

Untuk Kembali membaca :

Klik Page 1
Klik Page 2
Klik Page 3
Klik Page 4
Klik Page 5


Mohon maaf bila ada salah kata atau ucapan dalam penulisan kami ......

Untuk melihat kegiatan kegiatan TBM LENTERA HATI  lihat saja  DI SINI ya ..........
Untuk melihat puisi - puisi lainnya silahkan klik DI SINI
Untuk membaca cerita atau cerpen silahkan klik DI SINI
Untuk download Software,Game,atau Video tingggal klik DI SINI
Bagi yang suka baca berita seputar Indramayu silahkan klik DI SINI
Untuk yang suka membaca Novel DI SINI

Terima Kasih sudah mengunjngi Blog kami TBM LENTERA HATI
Kami tunggu Kritik dan Sarannya  !!!
**
Untuk teman teman yang mempunyai cerpen, puisi, novel, dan lainnya juka ingin di publish di sini silahkan kirim file nya ke email : tbm.lenterahati@gmail.com

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form