SEBENING HATI ILYAS oleh Iin Indrayani (bab.4)




Bab. 4

“Airmatamu adalah jawaban dari semua ini Chik, Aku benar benar tidak menyangka akan memiliki anak darimu“.

“Apa yang ada di dalam fikiranmu saat ini Andrew? Apa kau fikir aku akan menerimamu sebagai suamiku? Tidak Andrew, sekalipun aku mengandung anakmu, aku tidak akan pernah sudi untuk menjadi istrimu. Camkan itu!“.

Teriakku emosional. Andrew terpancing oleh amarahku dan wajahnya terlihat murka sekali.

“Kau harus menjadi istriku, Chik. Aku sudah menceraikan Mamahmu satu bulan setelah kejadian pagi itu. Aku tidak tertarik lagi dengan kekayaan Mamahmu yang melimpah karna aku sadar, pernikahan itu butuh cinta. Dan aku sangat mencintaimu Chika“.

“Tutup mulutmu bajingan! Sedetikpun aku tidak sudi untuk bersanding sebagai istrimu. Lebih baik aku hidup seorang diri dan membesarkan anakku dengan keringatku sendiri, daripada aku harus menetap dengan mantan suami dari Mamahku. Aku tidak butuh bantuanmu, keluar kau dari kamarku atau aku akan berteriak agar orang orang mengusirmu dari sini!“ teriakku sangat keras.

“Chikaaaaaaaa!!! “

Sebuah tamparan yang begitu keras mengoyak pipi kananku. Aku tersungkur di atas tempat tidur dan Andrew langsung menjegal kedua tangan dan menghimpitku dengan tubuhnya yang kekar. Aku berusaha memberontak dengan sisa tenaga yang aku miliki, namun sia sia. Aku tidak bisa berkutik, hanya bisa menangis dan menghindari wajah bajingan itu yang berusaha untuk menjamah wajahku.

“Kau milikku Chika! Kau harus mengabdikan hidupmu untukku. Apa kau sudah lupa dengan rekaman video itu? Aku tidak akan sungkan untuk menyebar luaskannya jika kau berani menentangku!“

“Aku tidak perduli, lakukan saja apapun yang kau mau. Bahkan aku lebih memilih mati detik ini juga daripada aku harus menjadi istri dari pria bangsattt sepertimu!” Ketusku dengan suara parau karna isak tangis yang menguasai diriku.

Pria bangsat itu semakin liar, keadaan tubuhku yang begitu lemah memudahkan dia untuk menyakitiku sesuka hatinya.

“Chika, jangan membantahku lagi sayang. Aku sudah cukup bersabar selama lebih dari 3 bulan ini. Dan hari ini saat aku tahu kau hamil aku benar benar semakin terobsesi untuk memilikimu. Kita besarkan anak anak kita nanti, dan aku akan membawamu pergi jauh dari sini“.

“Aku tidak mau. Aku tidak butuh belas kasihan darimu. Tinggalkan aku Andrew, sudah cukup kenistaan yang kau torehkan dalam garisan takdirku. Aku tidak sanggup lagi untuk menjalani semua ini“.

Suaraku semakin pelan. Namun Andrew tak merasa iba sedikitpun. Nafsu di kedua matanya semakin membara. Dia benar benar hendak menerkamku yang sudah masuk kedalam kandangnya. Aku menutup mata sembari menahan sakit di kedua tanganku yang dijegal kuat olehnya sejak tadi. Seakan ada yang membisikkan ke dalam telingaku, hingga dalam hitungan detik saja mulutku berucap ‘hassbunallaah wani’maal waqiil....‘ .

 Ucapan yang sudah lama tidak keluar lagi dari mulutku sejak kematian Papah bertahun tahun yang lalu. Ucapan yang sudah aku lalaikan sejak aku masuk ke jurang malam yang mencekam di kafe itu. Bibirku mengatup berbarengan dengan airmataku yang terus meleleh. Hal yang tak pernah aku duga, seorang pemuda mendobrag pintu kamarku dengan kuat. Ia masuk dan menarik tubuh kekar Andrew dengan kedua tangannya. Aku terkejut bukan kepalang. Dengan sisa tenaga aku berusaha bangkit dan berdiri di sudut kamar. Menyaksikan pemuda itu yang menghajar Andrew habis habisan. Badannya tak sebesar Andrew, namun tenaganya begitu kuat kulihat. Pukulan demi pukulannya mengingatkan aku pada ilmu beladiri yang pernah aku geluti saat sekolah dulu. Aku terus melihat pertikaian keduanya, hingga Andrew ambruk di atas lantai dengan darah segar yang keluar dari mulutnya.

Kedua bola matanya semakin menyala seakan ia tak menerima kekalahannya. Sedangkan pemuda penolong itu terus melayangkan sorotan tajam kearahnya.

“Siapa kau? Berani sekali kau ikut campur dengan urusanku. Apa kau ingin cari mati denganku?” Teriak Andrew sambil mengusap darah di mulutnya.

“Apa kau sadar dengan ucapanmu barusan? Bukankah kau sendiri yang hampir mati di tanganku, bedebahhhh!“

Suaranya sangat tegas namun terdengar lembut sekali. Menyiram sanubari hatiku yang kering dengan pelbagai permasalahan yang selama ini aku hadapi. Ada kopyah warna putih yang melingkar di kepalanya. Dan hal yang membuatku cukup kaget, pemuda itu masih mengenakan sarung lengkap dengan tasbih yang masih melingkar di tangannya.

“Pergi kau dari sini! Atau aku akan benar benar membunuhmu disini. Perbuatanmu sudah keterlaluan, kau sudah berbuat dzalim pada seorang wanita yang seharusnya kau lindungi. Dimana kejantananmu sebagai seorang lelaki? Sungguh, derajatmu tak lebih tinggi dari seorang banci yang berkeliaran di pinggiran jalan!” Ketusnya lagi.

Aku tak sadar bahwa airmataku meleleh sedari tadi. Aku tidak menyangka masih ada orang yang menghormatiku sebagai seorang wanita. Ada ketenangan dan kesejukkan dari kalimat demi kalimat yang ia ucapkan barusan. Dan ada sebuah kekaguman yang aku rasakan padanya. Andrew yang tak kuat menahan sakit di bagian pundak dan mulutnya langsung pergi meninggalkan wajah murka kearah kami. Aku benar benar merasa lega dan duduk di tepi tempat tidurku karna tubuhku yang terasa lemas sekali.

Pemuda penolong itu langsung menatap kearahku. “Apa anda baik baik saja nona?”
“Hah, Nona?“ Tanyaku heran.

Baru kali ini ada lelaki yang memanggilku dengan kata kata terhormat seperti itu. Aku menatap wajah pemuda itu dengan ragu. Wajahnya bersih, dan menyematkan aura kesejukkan di dalam hatiku.

“Apa ada yang salah dengan ucapanku?“ tanya ia dengan senyum merekah.

“Tidak, justru aku ingin berterima kasih karna anda sudah mau menolongku. Aku berhutang budi pada anda“.

Ia tersenyum padaku.
“Panggil aku Ilyas. Apa kau tidak tahu, aku adalah tetangga kamarmu. Kau lihat pakaian di jemuran itu? itu adalah milikku“. Jawabnya sembari menunjuk kearah luar.

Aku tersenyum simpul padanya. Lalu Ilyas mengajakku untuk duduk di teras agar tak ada fitnah di antara kami. Melihat tubuhku yang begitu lemas Ilyas terlihat iba, namun ia pun sungkan untuk menolongku karna merasa aku bukan muhrimnya. Terlihat sekali pemuda itu benar benar mencintai agama dan Tuhannya. Dari perilaku, tutur kata dan sikapnya.

“Apa nona sedang sakit? Wajah nona pucat sekali, apa nona sudah makan?”

Pertanyaan pertanyaan dari mulut Ilyas membuat mulutku terbius. Apakah benar apa yang aku lihat, bahwa ternyata masih ada orang yang perduli padaku?

“Ya, aku sedang tidak enak badan. Apa aku boleh bertanya pada anda?”

Ilyas mengangguk pelan. “Tentu boleh nona...“

“Panggil aku Chika. Namaku Chika.. “

“Oh, baiklah. Apa yang ingin kau tanyakan Chika?”

“Aku hanya penasaran. Hal apa yang membawa anda masuk kedalam kamarku dan menolongku? Apa anda mendengar pertengkaranku dengan pria itu?”

Ilyas terdiam, Ia tampak memikirkan sesuatu cukup lama. “Aku tidak tahu, setelah sholat ashar dan berdzikir. Tiba tiba hatiku terpanggil untuk mendekat ke kamar ini. Saat aku berdiri di depan pintu itulah, aku mendengar suara tangismu yang amat pilu di telingaku. Kalau boleh aku tahu, siapa pria itu? Apa dia suamimu?”

Aku tersentak kaget. “Bukan. Aku belum menikah, dia memang sudah mengejar dan mencari cari keberadaanku cukup lama. Aku bersembunyi di rumah sahabatku untuk menjauh dari pria jahanam itu“.

“Jahanam? Apa yang sudah Ia lakukan padamu hingga kau begitu membencinya?“ Tanya Ilyas penasaran. Sementara aku menelan ludahku dalam dalam menyadari mulutku yang sudah keceplosan dalam berbicara.

“Sudahlah, tidak usah di bahas lagi. Sekali lagi terima kasih anda sudah mau menolongku. Aku benar benar berhutang budi padamu“.

“Itu sudah kewajibanku, Chika. Kau seorang wanita yang harus aku jaga. Apalagi kau adalah tetanggaku saat ini. Anggap aku teman baikmu, jangan sungkan untuk memberitahuku jika kau memerlukan bantuanku. Baiklah Chika, aku harus masuk, karna aku ada tugas kuliah yang harus aku selesaikan sebelum adzan maghrib nanti“.

Aku mengangguk pelan. Dan Ilyas pergi dari teras kamarku setelah mengucapkan salam. Di depan pintu kamarnya ia kembali menatapku dengan senyum kecil, senyum yang mewakili sejuta makna di hatiku. Jiwaku terasa damai sekali. Baru kali ini aku merasakan kekaguman yang luar biasa terhadap seorang laki laki. Sesaat kemudian aku teringat dengan kondisiku yang amat hina dengan gelimang dosa yang menghujani diriku. Airmataku kembali jatuh, mengungkapkan betapa hancurnya hatiku saat ini. Terlebih lagi dengan janin yang sudah berada di rahimku. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku kembali masuk ke kamar dan mengunci pintu rapat rapat.
***
To be continue..Page 5

( Bagi yang berminat untuk mengoleksi bukunya, bisa hubungi aku di
Facebook : Iin Indrayani, yang ada di Indonesia atau juga di Taiwan )
Untuk tanya - tanya harga buku dan koleksi buku novel lainnya, tinggal hubungi langsung ya .... !!!
Salah satu koleksi buku :
- Telaga Hati Shifana : Rp.55.000,-
- Relentless Love       : Rp.70.000,-

Untuk Kembali membaca :

Klik Page 1
Klik Page 2
Klik Page 3
Klik Page 4


Mohon maaf bila ada salah kata atau ucapan dalam penulisan kami ......

Untuk melihat kegiatan kegiatan TBM LENTERA HATI  lihat saja  DI SINI ya ..........
Untuk melihat puisi - puisi lainnya silahkan klik DI SINI
Untuk membaca cerita atau cerpen silahkan klik DI SINI
Untuk download Software,Game,atau Video tingggal klik DI SINI
Bagi yang suka baca berita seputar Indramayu silahkan klik DI SINI
Untuk yang suka membaca Novel DI SINI

Terima Kasih sudah mengunjngi Blog kami TBM LENTERA HATI
Kami tunggu Kritik dan Sarannya  !!!
**
Untuk teman teman yang mempunyai cerpen, puisi, novel, dan lainnya juka ingin di publish di sini silahkan kirim file nya ke email : tbm.lenterahati@gmail.com

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form