MATA YANG DIKUTUK

MATA YANG DIKUTUK

Relawan TBM Lentera Hati
Ilustrasi Gambar : Relawan TBM Lentera Hati
                                                               
Page I : Mata Yang DiKutuk
Aku memandangmu dari balik tirai air dalam atap kelabu. Menyaksikanmu, menari-nari dalam keriangan, tawa itu mengiringi langkahmu yang hanya berputar-putar ditempat yang sama, keindahan itu serupa dengan kenikmatan-kenikmatan yang mampu membuat mata tak lagi jenuh.

Sampai aku menyangsikanmu, yang terfikir olehku... kau adalah sesuatu yang semu. Taukah kau bila kau begitu indah? Dan keindahan itulah yang membuatmu seakan perlahan lenyap. Sama halnya seperti mataku yang tak lagi mampu menatap langit. Hanya terbelalak tanpa mampu menerima pantulan cahaya hingga membentuk bayanganmu.

Secangkir kopi ini menemaniku merasakan keberadaanmu selepas aku tau kenikmatan-kenikmatan itu tak dapat lagi kurasakan. “Apalah dayaku, aku manusia terkutuk yang tak mampu menjaga titipan-titipan Tuhan.”

Gumamku kala tersadar dari tidur di pembaringan dalam ruangan yang kurasa gelap. Kau menyabarkanku dengan berucap: “Segala sesuatu miliknya dan akan kembali padanya, kumohon abang tak lagi bersedih.”

Tangismu, tangisku pecah dalam satu waktu, kau menemani hari gelapku tanpa lelah. Aku tau kau tulus menjagaku, menjaga pria tak berguna yang hanya bisa membuatmu susah. Yang sudah melenyapkan bayangan kecil yang harusnya ada disini. Menemani kita dalam perih, menyapa kita dengan tawanya. Dan bermanja dengan wajah yang kita sayang itu.

“Jika bukan karena aku yang lalai, mungkin si kecil ali masih disini temani lamunanmu.”
Kataku. Meski aku tak melihat, setidaknya aku masih merasakan perihmu yang kala itu temani aku.
“Tak usah merasa bersalah, bukan salah abang jikalau si kecil kita tak lagi disini.”
Kau menyibak air yang tak lagi tertampung di kelopak matamu. Ingin kuseka namun aku terlalu jauh  untuk menjangkau mu dalam gulitaku.

                                                                        ***

Aku tebaring disini. Dengan kau yang tetap menemaniku, memegang erat tanganku. Seseorang dengan hati mulianya mau memberiku sepasang mata. Mungkin Tuhan juga belum jenuh dengan ku, karena Ia masih mau menitipkan mata-mata itu melaluinya.

“Jika aku nanti harus menyusul si kecil ali, maukah kau tabah hati untuk hidup dalam sepi?”
“Abang jangan khawatirkan aku, yang terpenting adalah abang pulih. Untuk selanjutnya, akan kuseahkan pada Tuhan.”

Aku lega jika kau bersedia dengan tabahmu. Tangan mu terlepas, aku gugup dengan apa yang harus kuhadapi nanti. Matikah? Atau kembali padamu dengan sepasang mata yang baru. Entahlah, yang jelas, kini kurasakan kantuk luar biasa setelah tusukan jarum menembus kulitku.

Bersambung dulu ya.......... nanti di sambung lagi !!! NEXT

Karya : Sapitri Indah

Mohon maaf bila ada salah kata dalam penulisan kami ......

Untuk melihat kegiatan kegiatan TBM LENTERA HATI  lihat saja  DI SINI ya ..........

Untuk melihat puisi - puisi lainnya silahkan klik DI SINI

Untuk membaca cerita atau cerpen silahkan klik DI SINI

Untuk download Software,Game,atau Video tingggal klik DI SINI

Bagi yang suka baca berita seputar Indramayu silahkan klik DI SINI

Yang suka diving ke pulau biawak silahkan lihat DI SINI




Terima Kasih sudah mengunjngi Blog kami TBM LENTERA HATI
kami tunggu saran dan kritiknya ya !! ...

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form