ANAK - ANAK LAUT

Bag : I

Anak - anak Laut
....................................................
Oleh : Nurochman Sudibyo YS



     Semua mata bersaksi atas peristiwa pagi poranda di pantai Purwa. Ada 150 gubuk atap rumbia rusak parah. Jembatan bambu perantara pusat desa dengan padukuhan lainya, semalam hilang terbawa arus.

     Udara di atas bumi Muara Angin terasa dingin. Peristiwa semalam menjadi pengalaman yang sangat dahsyat dalam hidup masyarakat setempat. Di antara mereka mengira telah datang kiamat. Tak ada seorangpun yang luput jadi korban bencana. Kalaulah ada dari mereka yang selamat, tubuhnya pasti dipenuhi luka, patah tulangdan menyimpan rasa sakit yang amat dalam. Belum lagi harta benda yang ditimbun sepanjang usia, sirna hilang tanpa krana. Padahal waktu itu warga tengah nyenyak menikmati mimpi dalam tidurnya. Malam gaduh penuh petaka itu menghentakan rasa sakit, rasa jiwa orang-orang merasakan terbuang. Konon tubuh mereka yang renta di permainkan ombak, bagaikan dolanan anak-anak.

     Berdasarkan pengakuan saksi mata, kejadian tersebut, membuat masyarakat kalang kabut. Mereka ada yang terbawa ombok, bahkan lebioh tinggi seperti diterbangkan angin. Kesadaran mereka baru muncul setelah badai besar itu dengan sekejap pergi. Menjelang datang subuh setelah potongan pohon kelapa sepanjang pesisir saling hantam. Satu-satu ada yang mengenai tubuh warga Muara Angin. Mereka bergantian tersadar oleh peristiwa yang menimpa dirinya.

     "Phua,     hoook,.....     wbhoooohokkk, bbbbwah,....., och....., och.....!" Suara lelaki dengan usia sekitar 70 tahunan, menunggingkan wajahnya di bawah pohon bakau. Ia seperti tak kuat lagi mengangkat tubuhnya. Bau amis darah, karat laut, dan kotoran air, menyiksa tubuhnya. Hingga seisi perutnya pun kekeluar. Nampak dari mulutnya keluar cairan kuning, ikan pingsan, potongan kayu bakau, daun mangrove, dan uang recehan.....baunya sangat menyengat hidung.

    "Bangun, Kek! Cepat minum air ini, hangat ko. Lumayan untuk memulihkan tenagamu," sapa seorang lelaki muda dengan pakaian seragam organisasikasih sayang, berusaha membangunkannya. Si kake renta itu pun terbangun dari tindihan bongkahan ikatan bambu.

     "Och.....Den, kau !, och.....ini,. Och......ooooh....sakit sekali, badanku!," si kake bangun dari reruntuhan rumahnya sendiri. Untung ada sisa tenaga yang membantu Pak Tua untuk bisa selamat dari sisa petaka semalam.

     "Kami membawa bala bantuan dan sumbangan untuk mengembalikan kondisi masyarakat di sini, termasuk untuk bapak," ucap anak muda berpakaian putih bersih di dampingi dua pengawalnya bermata garang.

     Pak Tua itu didam. Dia tak mampu berkata kata lagi, selain tertunduk, bisu. Lalu pergi tertatih-tatih, meninggalkan pria perlente yang berusaha menjelaskan duduk persoalan atas kehadirannya di desa tersebut.

     Sejak hari itu, Muara Angin menjadi desa yang sibuk. Di sana asini berdiri tenda darurat. Cukup banyak anak wanita berpakaian putih-putih. Banyak diantara mereka mondar-mandir, menolong warga yang sakit. Sementara di pojok lain kalangan pandu dan kelompok pemuda sukarelawan memasak makanan, semacam memperlihatkan kelompok muda yang menjadi pusat pengelolaan bantuan pangan. Sebuah tenda besar di jadikan arena makan bareng untuk mereka.

     Para tamu, pemerhati, dan yang ber maksud mengunjungi tempat bencana melakukan pertemuan dan bertransaksi secara administrasi di tempat ini. Hampir tak melibatkan seorangpun anggota masyarakat yang terkena bencana, padahal peristiwa yang menimpa mereka adalahpenyebab lahirnya budaya kompleks dari luar desa tersebut. Tanpa mereka sadari pengerukan sungai untuk lahan perumahan, penggundulan hutan untuk perluasan industri, Exploitasi batu dan pasir sungai untuk pembangunan jalan orang-orang daratan.

     Laksana pasukan yang di pimpin Arjuna dan Srikandi, para ksatria berbahagia menjadi warga pendatang berbendera "Kasih Sayang, Menolong Para Penyokong".

     Hari itu juga, truk-truk besar berdatangan mengangkut bahan bangunan. Pemandangan ini selain banyak mengundang perhatian penguasa setempat, juga warga kampung lain. Mererka para warga yang tak jauh dari kampung bencana tersebut terkejut. Berikutnya bantuan berdatangan dari berbagai daerah lain sebagai bentuk solidaritas dan bela sungkawa atas terjadinya bencana.

     Wartawan televisi memanfaatkan momen penderitaan rakyat itu jadi promo perusahannya.

To be continue ................... Page II

Mohon maaf bila ada salah kata atau ucapan dalam penulisan kami ......

Untuk melihat kegiatan kegiatan TBM LENTERA HATI  lihat saja  DI SINI ya ..........
Untuk melihat puisi - puisi lainnya silahkan klik DI SINI
Untuk membaca cerita atau cerpen silahkan klik DI SINI
Untuk download Software,Game,atau Video tingggal klik DI SINI
Bagi yang suka baca berita seputar Indramayu silahkan klik DI SINI
Untuk yang suka membaca Novel DI SINI

Terima Kasih sudah mengunjngi Blog kami TBM LENTERA HATI
Kami tunggu Kritik dan Sarannya  !!!
**
Untuk teman teman yang mempunyai cerpen, puisi, novel, dan lainnya juka ingin di publish di sini silahkan kirim file nya ke email : tbm.lenterahati@gmail.com

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form