SEBENING HATI ILYAS bag.6 oleh Iin Indrayani

Cerpenis Indramayu Jawa Barat
Bag.6

Aku terkulai lemas di atas ranjang pasien. Entah berapa hari sudah aku tak sadarkan diri sejak kejadian malam itu. Mataku tak dapat terbuka. Rohku seakan memanggil manggil jasadku untuk bangun. Namun hanya desiran angin lembut yang menerpa wajahku setiap detiknya. Menyampaikan kabar burung yang harus aku dengar secepat mungkin. Aku merasakan banyak orang yang menangis di sekitarku. Namun aku tidak tahu mereka siapa. Mataku selalu terpejam. Aku sungkan untuk terbangun. Hingga pada suatu pagi bayangan Ilyas tiba tiba saja menjelma dalam ingatanku.

“Ilyasss...“

“Chikaa, kau sudah sadar...?”

       Suara seorang gadis yang tak asing menyusup ke dalam telingaku, Nora. Aku berusaha untuk menyatukan seluruh kesadaran dan tenagaku agar aku bisa membuka kedua mataku. Langit langit rumah sakit menyapa kesadaranku. Suara monitor pun masih berdetak dengan normal.

“Nooor... “

“Jangan banyak bergerak Chik, kondisimu masih sangat lemah sekarang”

“Ilyas dimana Nor? Bagaimana keadaannya sekarang? Aku ingin bertemu dengan Ilyas Nor“
Kulihat Nora menghela nafas nafas dalam dalam. “Kau pasti akan bertemu dengannya Chik, jangan khawatir“

“Apa dia baik baik saja Nor? Dia terluka cukup parah. Andrew memukul kepalanya hingga mengeluarkan banyak darah” lirihku.

 “Dia baik  baik saja Chik. Tapi kesehatannya belum pulih. Kalian beruntung karna tetangga dengan cepat membawa kalian ke rumah sakit ini hingga nyawa kalian bisa tertolong“

Aku terdiam, mengingat duo evil itu kabur saat beberapa orang berdatangan ke arah kami.
“Bagaimana dengan dua orang penjahat itu Nor..?”

“Bu Rossi tertangkap karna ada cctv di tempat kejadian. Kafe miliknya pun kini ditutup oleh pihak yang berwajib. Tapi ... “

“Tapi apa Nor.. ?”

“Andrew masih buron sampai sekarang Chik“ jawabnya dengan sesal.

Aku memejamkan kembali kedua mataku seraya mengingat apa yang sudah pria bangsat itu lakukan padaku selama ini.

“Nor, sudah berapa hari aku tak sadarkan diri? Aku merasa perutku sakit sekali Noor.. “

Nora mengelus rambutku dengan pelan. “3 hari Chik. Kau mengalami pendarahan yang cukup hebat hingga kau hampir saja koma. Dan janinmu,.. kau keguguran Chik“

       Entah kenapa hatiku sangat sakit mendengarnya. Walau janin yang aku kandung adalah anak dari pria bajingan itu, namun hati kecilku berharap ia baik baik saja. Airmataku meleleh mengingat kini ia sudah tidak ada di dalam rahimku. Dan fikiranku mulai kembali kepada Ilyas. Ia pasti mendengar semua perdebatanku dengan Bu Rossi dan Andrew malam itu. Apakah ia masih mau untuk dekat denganku setelah mengetahui semua itu?

Dua hari setelahnya aku sudah di izinkan pulang oleh pihak rumah sakit. Nora akan membawaku kerumahnya atas izin dari orangtuanya. Mereka sangat mengkhawatirkan keadaanku apalagi dengan status Andrew yang masih buron. Pria itu bisa menerkamku kapanpun ada kesempatan.

“Nor, aku ingin bertemu dengan Ilyas. Aku mohoon..“

“Baiklah. Hanya lima menit saja karena taksi segera datang menjemput kita“

       Aku mengangguk pelan. Nora membawaku dengan kursi roda ke sebuah kamar yang cukup sepi. Tak ada satu orangpun yang berjaga di depannya. Aku berusaha untuk berdiri dibantu Nora dan melihat Ilyas dari jendela. Airmataku kembali meleleh, melihat pemuda saleh itu terkulai lemas di atas ranjang dengan perban di kepala, dan kedua mata yang tertutup rapat. Ingin rasanya aku mendekat namun aku ragu. Aku malu pada diriku yang kotor ini. Akupun merasa bersalah. Karena aku, pemuda itu kini terluka. Karena menolongku, ia harus melewati cobaan sebesar ini.

“Maafkan aku Ilyas, aku sudah membawamu kedalam masalahku. Tidak sepantasnya kau merasakan semua ini“ lirihku dengan lelehan airmata. Nora langsung mengajakku untuk pulang kerumahnya karna taksi sudah datang sejak tadi.

Dirumah Nora aku selalu termenung. Aku benar benar mengkhawatirkan keadaan Ilyas. Hingga setiap pagi dan sore aku usahakan untuk menjenguknya kerumah sakit tanpa sepengetahun siapapun. Karna kafe Bu Rossi sudah ditutup, Nora jadi sibuk membantu ibunya berdagang di toko mereka. Dan kesempatan itu aku gunakan untuk menjenguk Ilyas setiap hari. Mereka melarangku keluar rumah selama Andrew belum tertangkap, namun aku tak bisa membohongi hati kecilku, bahwa aku sangat merindukan pemuda saleh itu. Apalagi dengan keadaannya yang masih tak sadarkan diri seperti ini, mana mungkin aku tega mengabaikan ia begitu saja.

       Hari demi hari aku lewati dengan menyamar sebagai wanita bercadar agar tak dikenali oleh siapapun. Aku menutup wajahku setiap keluar dari rumah untuk menghindari Andrew yang mungkin masih mencari cariku sampai sekarang. Dan benar, di hari ketujuh saat aku menjenguk Ilyas, aku tak sengaja bertabrakan dengan pria bajingan itu. Dia mengenakan kumis palsu serta topi yang menutup kepala dan sebagian wajahnya. Aku sangat terkejut melihatnya. Namun sebisa mungkin aku alihkan pandangan mataku darinya, berharap ia tak mengenaliku sedikitpun.

       Andrew menatapku curiga, dia terus mengikutiku sampai koridor yang cukup sepi. Ia lalu menghadangku di depan dan menatap wajahku dengan tajam. Cadar yang aku kenakan memang menutup sebagian wajahku, tapi tidak dengan tahi lalat yang berada di samping mata sebelah kiriku. Aku tegang dan takut sekali. Aku takut Andrew akan memaksaku kembali, untuk masuk ke dalam jurang neraka seperti dulu. Aku berjalan mundur beberapa langkah, ia tetap mengikutiku dengan penuh benci di wajahnya. Kaki kiriku menabrak tong sampah, hingga aku terjatuh ke lantai. Bersamaan dengan itu, cadar yang kukenakan pun terlepas dari wajahku. Aku terkejut bukan main, sedang pria brengsek itu tersenyum puas kearahku.

“Kau bisa menutup jati dirimu dengan seribu karakter yang kau mampu. Tapi kau tidak akan bisa menyelamatkan dirimu dari kejaranku Chika“

“Aku sangat muak melihatmu iblisss! Apalagi yang kau inginkan dariku? Janin yang aku kandung sudah tidak ada lagi di dalam rahimku. Dan itu karna ulahmu dengan wanita serakah itu. Apa kau masih belum puas menyiksa hidupku?”

Pria brengsek itu semakin menertawakan aku. “Chika.. Chika, Aku tidak perduli lagi dengan janin itu, yang aku butuhkan adalah dirimu. Kau harus ikut bersamaku dan mengabdikan hidupmu untukku. Ayo, Chika. Jangan buat aku semakin marah padamu!“

       Ia menarik lenganku dengan paksa. Aku berteriak meminta tolong sekuatku namun ia justru menampar wajahku dengan kuat. Tamparan itu terasa sakit sekali, lebih sakit dari tamparan tamparan yang pernah ia layangkan sebelumnya. Tulang wajahku seakan remuk.Aku kembali tergeletak tak berdaya di atas lantai. Luka di perut bagian bawahku karna kiret dan benturan malam itu kembali sakit kurasakan. Aku merintih cukup lama dengan berlinang airmata. Fikiranku sudah melayang entah kemana. Seiring merayapnya malam situasi di koridor itu semakin sepi. Aku tak dapat membayangkan bila aku harus kembali menjadi Chika yang begitu hina seperti dulu. aku tak sanggup bila aku harus kembali menjadi budak dari pria yang sudah merenggut kesucian dan masa depanku selama ini.

       Aku semakin terkejut saat pria brengsek itu melepas paksa jilbab yang aku kenakan. Ia lalu menggenggam jilbab itu dengan penuh kebencian dan melemparnya hingga masuk kedalam tong sampah yang barusan aku terjang.

“kau keterlaluan Andrew! Kau berwujud manusia, tapi hatimu lebih rendah dari binatang! Aku benar benar tidak menyangka, bisa ada manusia serendah dirimu bahkan mungkin kau lebih rendah dari iblis sekalipun!“

“Chikaaaaaaa!!“

       Untuk kedua kalinya dia kembali menamparku. Tubuhku yang sudah lemah dengan rambut acak acakan semakin terkulai tak berdaya di atas dinginnya lantai yang terpenuhi debu. Aku tidak tahu lagi apa yang akan terjadi padaku beberapa menit setelahnya. Aku hanya bisa pasrah dengan kondisiku saat itu.

“Sudah Chika. Jangan pancing aku untuk lebih emosi lagi terhadapmu. Aku sudah memintamu untuk ikut denganku secara baik baik, namun kau masih saja melawanku. Kau tahu betul siapa aku selama ini. Bahkan aku bisa menghabisi Ilyas jika aku mau!“ gertaknya dengan bola mata merah menyala.

       Aku tak dapat bekata apa apa lagi. Bahkan mataku terasa enggan untuk terbuka lebar. Apalagi untuk melihat wajah pria jahanam itu di depanku. Rasanya aku lebih memilih mati saat itu. Andrew menggendong tubuhku sambil mengendap endap dengan badannya yang kekar. Sementara aku tak dapat melawan sedikitpun karna kondisiku yang begitu lemah. Bahkan aku tak dapat merasakan apa apa, selain rasa sakit di bagian perut dan wajahku. Aku sedikit sadar bahwa Andrew membawaku ke area parkir dan berhenti di dekat mobil yang aku sendiri tidak tahu siapa pemiliknya. Andrew menurunkan tubuhku di bawah dan hal yang tak aku sangka sama sekali, kulihat dari belakang seseorang memukul kepala Andrew dengan tongkat besi yang cukup panjang. Topi yang dipakai pria jahanam itu terpental jauh, dan aku melihat dengan kedua mataku sendiri saat darah segar mengalir bagai sungai kecil yang membelah wajah bringasnya. Andrew berteriak kesakitan hingga jatuh dan langsung tak sadarkan diri.

       Aku masih terbius dengan suasana mencekam di depan mataku. Hingga aku merasa tak percaya tentang siapa yang sudah menyelamatkan aku malam itu. Seseorang yang berdiri tegak di depanku dengan tongkat besi yang yang masih berada di genggaman tangannya. Seseorang yang saat itu masih sangat aku benci. Seseorang yang namanya sudah aku hapus dari nama nama orang yang kusayangi. Dan Seseorang yang kulihat wajah cantiknya sudah mulai pudar bergantikan gunungan penyesalan yang begitu terlihat oleh kedua mataku.

“Mama.....“

       Mulutku mengucapkan kata itu tanpa kusadari. Tongkat besi itu di jatuhkannya begitu saja. Walau mataku tak dapat melihat dengan jelas namun naluriku masih dapat menangkap bahwa airmata beliau meleleh di depanku. Dan beliau bergegas kearahku sembari melangkahkan kedua kakinya di atas tubuh Andrew yang tergeletak di atas aspal.

“Chika, putriku..“

      Beliau berusaha membangunkan aku dan memeluk tubuhku dengan erat. Aku merasa pasrah dan tak tahu lagi harus merespon pelukan itu atau tidak. Aku masih terpukul dengan kematian Papah dan keputusan Mamah yang memilih menikah dengan pria brengsek itu daripada merawat aku, darah dagingnya sendiri.

“Maafkan Mamah Chika. Maafkan Mamah sayaaang”

       Airmatanya membasahi pundakku. Aku memejamkan mataku merasakan rasa sakit yang benar benar sakit atas apa yang sudah aku alami selama ini. Masa depanku sudah hancur karna pria bajingan itu, yang tak lain adalah ayah tiriku sendiri. Dan kenapa Mamah baru menyadari kesalahanmnya itu disaat aku sudah kehilangan segalanya?
Aku membuka pelan kedua mataku, kelopak mataku semakin melebar saat melihat Andrew tersadar dan meraih pisau kecil yang ia selipkan di saku belakang celananya. Aku berteriak dengan suara parau dan ketakutan yang benar benar menguasai diriku.

“Maaaah, tidaaaaakk!“

       Dengan cepat lelaki itu menusuk kepala Mamah berkali kali di depan mataku sendiri. Jantungku seakan berhenti berdetak, lidahku terasa kelu sekali. Aku melihat kedua mata Mamah mencilak keatas dan mulutnya tak lagi mengeluarkan sepatah katapun. Tubuh Mamah roboh di atas pangkuanku dengan darah yang terus keluar dari kepalanya. Sementara Andrew nampak begitu puas dengan apa yang ia lakukan. Wajahnya yang berlumur darah masih dapat tertawa penuh benci kearahku. Ia kemudian lari dari tempat itu, meninggalkan aku yang masih kebingungan dengan apa yang telah terjadi di depan mataku.

       Aku melihat nafas Mamah yang tersengal sengal menahan sakit yang pastinya teramat sakit akibat tusukan itu. Tak ada seorangpun yang lewat di sana bahkan satpam pun tidak ada di posnya. Kedua tanganku semakin gemetaran memegang tubuh Mamah yang terkapar tak berdaya. Apakah mungkin sudah jalan takdir kami untuk berpisah dengan cara mengenaskan seperti ini?. Aku melihat kedua mata Mamah tertutup pelan pelan. Tangan kanannya yang hendak meraih wajahku terjatuh bersamaan saat kedua mata itu tertutup dengan rapatnya.

“Maaah...“

       Airmataku tumpah. Aku merasakan rasa sakit yang sulit untuk kujabarkan saat itu. Aku memang membenci Mamahku selama ini. Namun untuk melihat nafas terakhir Mamah dalam pangkuanku pun rasanya aku tidak sanggup. Bayang bayang saat aku masih kecil kembali menyeruak dalam ingatanku. Saat saat di mana Mamah dan Papah masih memanjakan aku layaknya bidadari kecil dalam hidup mereka kembali menari nari di dalam otakku.

“Chika Sayang kalau ultah nanti kamu dibelikan apa Nak?”

“Kalau dari Papah kamu mau apa Sayang?”

“Maaaaaaaahhhh!!?”, Aku menangis histeris di area parkir yang begitu lengang. Tangisanku pecah mengusir debu debu jalanan yang berterbangan di sekitar kami. Aku baru sadar, kebencianku terhadap Mamah bukanlah rasa dendamku pada beliau. Karena hatiku benar benar sakkkiiiit melihat Mamah meninggal dengan cara seperti itu. Malam itu adalah saksi di mana aku sudah menajadi anak yatim piatu karna pria bajingan itu. Ya, musuhku saat ini adalah pria bajingan itu.

       Dadaku bergemuruh, kedua mataku berkobar kobar bagai sengatan petir yang menerjang bumi. Aku memeluk tubuh Mamah dengan penuh penyesalan. Namun ada secercah sinar di dalam hatiku untuk tetap bertahan demi membalaskan dendamku terhadap Andrew.
***
To be continue..Page 7

( Bagi yang berminat untuk mengoleksi bukunya, bisa hubungi aku di
Facebook : Iin Indrayani, yang ada di Indonesia atau juga di Taiwan )
Untuk tanya - tanya harga buku dan koleksi buku novel lainnya, tinggal hubungi langsung ya .... !!!
Salah satu koleksi buku :
- Telaga Hati Shifana : Rp.55.000,-
- Relentless Love       : Rp.70.000,-

Untuk Kembali membaca :

Klik Page 1
Klik Page 2
Klik Page 3
Klik Page 4
Klik Page 5
Klik Page 6


Mohon maaf bila ada salah kata atau ucapan dalam penulisan kami ......

Untuk melihat kegiatan kegiatan TBM LENTERA HATI  lihat saja  DI SINI ya ..........
Untuk melihat puisi - puisi lainnya silahkan klik DI SINI
Untuk membaca cerita atau cerpen silahkan klik DI SINI
Untuk download Software,Game,atau Video tingggal klik DI SINI
Bagi yang suka baca berita seputar Indramayu silahkan klik DI SINI
Untuk yang suka membaca Novel DI SINI

Terima Kasih sudah mengunjngi Blog kami TBM LENTERA HATI
Kami tunggu Kritik dan Sarannya  !!!
**
Untuk teman teman yang mempunyai cerpen, puisi, novel, dan lainnya juka ingin di publish di sini silahkan kirim file nya ke email : tbm.lenterahati@gmail.com

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form